Rabu, 21 November 2012

PERKEMBANGAN BAHASA


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MAKALAH
PERKEMBANGAN BAHASA

Kelompok:
Lenny Vitaningsih   
Irwan Hadi Susanto 
Winda Puspita Sari  
Dian Fauziyyah   

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
      Setiap manusia, dalam hal ini khususnya peserta didik akan mengalami berbagai perkembangan dalam fase kehidupannya. Antara lain perkembangan biologis, perkembangan perseptual, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa dan perkembangan kemandirian.
        Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan salah satu dari perkembangan-perkembangan tersebut yaitu perkembangan bahasa.
       Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dengan hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak. Bahasa hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. Bahasa hewan adalah bahasa insting yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Bahasa manusia adalah hasil dari kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
        Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Semua benda, nama sifat, pekerjaan, dan hal yang yang abstrak, diberi nama. Secara singkat bahasa adalah alat yang terpenting bagi manusia.

B.    Rumusan Masalah
       Berikut adalah rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.    Apa itu pengertian perkembangan bahasa?
2.    Apa saja tugas-tugas perkembangan bahasa?
3.    Apa saja tahap-tahap perkembangan bahasa?
4.    Apa saja tipe-tipe perkembangan bahasa?
5.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa?

C.    Tujuan
        Berikut adalah tujuan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.    Untuk mengetahui pengertian perkembangan bahasa.
2.    Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan bahasa.
3.    Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan bahasa.
4.    Untuk mengetahui tipe-tipe perkembangan bahasa.
5.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perkembangan Bahasa
        Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat.
        Penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seseorang memerlukan komunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan seseorang (bayi-anak) di mulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
        Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasa. Perkembangan pikiran itu dimulai pada usia 1,6-2,0 tahun, yaitu pada saat anak dapat menyusun dua atau tiga kata. Berikut laju perkembangannya:
1.    Usia 1,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat positif. Misalnya, “Ibu duduk”.
2.    Usia 2,6 tahun, anak dapat menyusun pendapat negative. Misalnya, “Ibu tidak duduk”.
3.    Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat berupa keritikan (Ini jelek), keragu-raguan (mungkin), dan menarik kesimpulan analogi (Ketika anak melihat Ibunya tidur karena sakit, maka setiap dia melihat ibunya tidur dia menggap ibinya sakit).

B.    Komponen Bahasa
       Bahasa dapat dibagi ke dalam tiga komponen utama yaitu:
1.    Bentuk (form) yang mencakup:
a.    Morfologi yaitu ilmu yang membicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi kata (Mar’at, 2001:61). Sedangkan morfem adalah bentuk linguistik yang paling kecil. Misalnya: tidur, jalan, ber-, ke-, -an, dingin dan sebagainya.
b.    Sintaksis yaitu bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
c.    Fonologi yaitu salah satu bagian dari tata bahasa yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa pada umumnya.
2.    Isi (content) mencakup:
a.    Semantik yaitu studi mengenai arti atau makna suatu perkataan atau kalimat.
3.    Penggunaan (use) mencakup:
a.    Pragmatik yaitu penggunaan bahasa untuk mengekspresikan intention dan agar seseorang mengerjakan sesuatu. Dalam hal ini kita melihat interaksi bahasa dan sosialisasi.
Semua komponen bahasa tersebut digunakan manusia untuk mencapai tujuan komunikasi tertentu seperti memperoleh informasi, menyampaikan ucapan selamat, atau merespon.

C.    Tugas-tugas Perkembangan Bahasa
        Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling barkaitan. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut :
1.    Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya, tetapi dengan memahami gerakan bahasa tubuhnya.
2.    Pengembangan Perbendaharaan Kata. Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3.    Penyusunan Kata-kata Menjadi Kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerak tubuh untuk melengkapi cara berpikirnya. Contohnya, anak menyebut “Bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Kalimat tunggal itu berarti “Tolong ambilkan bola untuk saya”.
4.    Ucapan. Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui peniruan terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama dari orang tuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.

D.    Tahap Perkembangan Bahasa Anak
        Perkembangan bahasa pada anak terjadi dalam beberapa tahap, sebagai berikut:
1.    Perkembangan Bahasa Usia Bayi
       Pada umumnya ucapan bayi pertama kali terjadi pada usia 6 sampai 10 bulan, walaupun ada juga bayi yang memerlukan waktu yang lebih lama. Beberapa orang tua memandang bahwa permulaan perkembangan bahasa bersamaan dengan munculnya kata pertama. Seperti pada usia tiga sampai dengan enam bulan bayi mulai mengucapkan kata-kata celotehan dan nama orang-orang yang penting seperti baa, maa, paa, binatang yang akrab (puss), ucapan selamat tinggal (daaa) dan makanan (susu). Untuk melakukan hal itu dengan lancar, sangat ditentukan oleh kematangan biologis, bukan oleh kemampuan mendengar. Sebenarnya satu kata yang diucapkan seorang bayi mengandung satu kalimat sempurna. Ini disebabkan keterampilan kognitif atau linguistik bayi yang masih terbatas. Situasi tersebut diistilahkan sebagai holophrase hypothese yang berarti teori yang menganggap bahwa satu kata tunggal digunakan untuk menjelaskan suatu kalimat sempurna.
        Kadang-kadang anak itu memperluas (overextensions) atau mempersempit (underextensions). Memperluas (overextensions) adalah kecenderungan anak salah menggunakan kata-kata dengan memperluas makna itu sehingga mencakup benda yang tidak sesuai dengan makna kata itu. Misalnya anak menggunakan kata “mama” yang berarti ibu namun kata itu sering digunakan untuk menyebut semua wanita yang ada di sekitarnya. Mempersempit (underextensions) maksudnya makna kata terjadi ketika anak-anak gagal menggunakan suatu kata untuk menyebutkan kejadian objek yang relevan. Misalnya anak menyebutkan kata “makanan” ketika melihat nasi dan lauknya tapi tidak mengatakan demikian ketika melihat camilan.
       Untuk anak-anak yang menginjak umur 18-24 bulan, mereka telah memulai mengucapkan pernyataan dengan dua kata. Misalnya, “Lihat kucing!”. Untuk meyakinkan ungkapan tersebut anak-anak sering mengekspresikannya dengan bantuan bahasa isyarat seperti gerakan, suara dan konteks.
       Tujuan komunikasi bayi pada usia dini adalah untuk menarik perhatian orang tua dan perhatian orang lain di lingkungannya. Pada umumnya bayi menarik perhatian orang lain dengan membuat kontak mata, membunyikan ucapan dan menunjukan gerakan tangan, seperti menunjuk jari tangan.
2.    Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Ada beberapa perubahan perkembangan bahasa yang terjadi pada usia dini, diantaranya:
a.    Berkenaan dengan fonolofi, beberapa anak usia prasekolah memiliki kesulitan dalam mengucapkan kelompok konsosnan misalnya (str dalam kata strika). Serta sulitnya mengucapkan huruf ‘r’.
b.    Berkenaan dengan morfologi, bahwa pada kenyataannya anak-anak itu juga dapat mengembangkan ungkapannya lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya.
c.    Berkenaan dengan sintaksis, bahwa anak-anak belajar dan menerapkan secara aktif aturan-aturan yang dapat ditentukan pada tingkat sintaksis. Mereka mulai tahu aturan yang kompleks tentang bagaimana kata-kata seharusnya diurutkan menurut subjek, predikat dan objeknya dalam membuat kalimat.
d.    Berkenaan dengan semantik, bahwa begitu anak sudah mampu membuat  kalimat dan sudah mampu mengembangkan makna kalimat tersebut dengan cepat.
      Anak belajar kata dimulai dengan anak berusia 12 bulan. Sejak usia 1 hingga 6 tahun, anak-anak belajar antara 5 sampai 8 kata setiap harinya. Setelah itu anak-anak cenderung mengalami peningkatan dengan cepat. Bahkan sejak 6 tahun, anak-anak setiap harinya mengalami peningkatan rata-rata 22 kata.
Perbedaan bahasa anak usia 2 dan 6 tahun :
1.    Anak usia 6 tahun memiliki keterampilan dalam berdialog lebih baik, sehingga mampu membicarakan benda-benda yang fisikal (imaginatif).
2.    Anak usia 6 tahun mampu menunjukan gaya bicara yang sesuai dengan situasi sosial dan dengan siapa mereka sedang berbicara.
3.    Perkembangan Bahasa Usia Sekolah
       Robert E. Owens (1996) menyatakan bahwa usia-usia sekolah adalah periode yang sangat kreatif dalam perkembangan bahasa. Bahasa kreatif anak-anak usia sekolah dapat didengar dalam bentuk nyanyian atau sajak. Seluruh perkembangan bahasa dapat mencerminkan kreativitas.
4.    Perkembangan Membaca dan Menulis
       Pembaca yang terampil akan mampu membuat kesimpulan dan inferensi dari apa yang dibaca. Perlu diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan membaca pada usia dini adalah kesediaan orang tua untuk menyediakan serta menciptakan suasana yang kondusif di rumah bagi perkembangan kemampuan membaca melalui penyediaan bacaan.
       Owens (1996) menyatakan bahwa kemampuan membaca pada awalnya diperoleh lebih banyak melalui interaksi sosial daripada pengajaran formal. Membaca bersama-sama merupakan aktivitas yang bernilai sosial tinggi yang melibatkan secara aktif orang tua anak. Selain itu, acara televisi juga bernilai penting bagi pengembangan kemampuan anak.
       Anak kelas satu dan dua cenderung fokus menulis tentang dirinya sendiri, selanjutnya anak kelas tiga dan empat cenderung fokus menulisnya pada reaksi pembaca.


E.    Tipe Perkembangan Bahasa
       Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut:
1.    Egocentric Speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2.    Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk :
a.    Adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari,
b.    Critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain,
c.    Command (perintah), request (permintaan) dan threat (ancaman),
d.    Questions (pertanyaan), dan
e.    Answer (jawaban).
       Berbicara monolog (egocentric speech) berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak yang pada umumnya dilakukan oleh anak berusia 2-3 tahun, sementara yang “socialized speech” mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial (social adjustment).

F.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
1.    Faktor Kesehatan
       Apabila pada usia dua tahun pertama, anak mengalami sakit terus-menerus, maka anak tersebut cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan bahasanya.
2.    Intelegensi
       Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai intelegensi normal.
3.    Status Sosial Ekonomi Keluarga
       Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa anaknya) atau kedua-duanya.
4.    Jenis Kelamin
       Pada tahun pertama usia anak, tidak ada perbedaan dalam vokalisasi antara pria dengan wanita. Namun mulai usia dua tahun, anak wanita menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dari anak pria.
5.    Hubungan Keluarga
       Proses pengalaman berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. Hubungan yang sehat antara orang tua dan anak (yang penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya) akan memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan/kelambatan dalam perkembangan bahasanya.
6.    Umur Anak
       Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya.
7.    Kondisi Lingkungan
       Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok sosial yang lain.
8.    Kondisi Fisik
       Seseorang yang cacat akan terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap atau organ suara tidak sempurna akan menggangu perkembangan berkomunikasi dan tentu saja akan menggangu perkembangannya dalam berbahasa.
Sedangkan dalam perkembangan berbahasanya, potensi anak untuk berbicara didukung beberapa hal, diantaranya:
1.    Kematangan alat berbicara
2.    Kesiapan berbicara
3.    Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak
4.    Kesempatan berlatih
5.    Motivasi untuk belajar dan berlalih
6.    Bimbingan

G.    Langkah-langkah untuk Membantu Perkembangan Bahasa Anak
1.    Membaca
       Kegiatan ini adalah kegiatan yang paling penting yang dapat dilakukan bersama anak setiap hari. Ketika orang tua membaca, tunjuklah gambar yang ada di buku dan sebutkan nama dari gambar tersebut keras-keras. Mintalah anak untuk menunjuk gambar yang sama dengan yang ada sebutkan tadi.
2.    Berbicaralah mengenai kegiatan sederhana yang orang tua dan anak lakukan dengan menggunakan bahasa yang sederhana.
3.    Perkenalkan kata-kata baru pada anak setiap hari, dapat berupa nama-nama tanaman, nama hewan ataupun nama makanan yang disiapkan baginya.
4.    Cobalah untuk tidak menyelesaikan kalimat anak.
       Berikan kesempatan baginya untuk menemukan sendiri kata yang tepat yang ingin dia sampaikan.
5.    Berbicaralah pada anak setiap hari, dan pandanglah mereka ketika berbicara atau mendengarkan mereka. Biarkan mereka tahu bahwa mereka sangat penting.

BAB III
IMPLIKASI
A.    Implikasi Perkembangan Bahasa dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
       Perkembangan bahasa sangat berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Agar perkembangan bahasa anak berjalan secara optimal maka kegiatan pembelajaran harus diciptakan seefektif mungkin. Jika kegiatan pembelajaran berjalan kurang efektif, maka dapat diprediksi bahwa perkembangan bahasa anak akan terhambat.
       Dalam hal ini guru Sekolah Dasar sebaiknya dalam mengajar di kelas menggunakan bahasa yang sesuai dengan anak-anak atau mudah dimengerti oleh anak, jangan menggunakan bahasa orang dewasa. Misalnya dalam memberikan contoh-contoh untuk membahas pembelajaran seharusnya menggunakan contoh yang berkaitan dengan kehidupan anak. Selain itu jika guru menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan bahasa yang baik dan sesuai maka akan dicontoh oleh anak-anak dengan menggunakan bahasa yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Sebaliknya, jika guru menggunakan bahasa yang kasar dan tidak sopan itu pun akan dicontoh oleh anak dalam pergaulannya.
       Oleh karena itu, perkembangan bahasa anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya terutama guru yang dianggapnya sosok yang selalu benar. Selain itu kondisi ekonomi dan jenis kelamin mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak perempuan dan laki-laki akan lebih cepat anak perempuan dalam perkembangan menambah kosa-kata baru, dan anak yang tumbuh dalam kondisi ekonomi lemah dalam pergaulannya akan sering menggunakan bahasa daerah berbeda dengan anak yang tumbuh dalam keluarga dengan kondisi ekonominya tinggi akan menggunakan bahasa nasional dalam pergaulannya. Oleh sebab itu sejak dini anak harus dihadapkan pada lingkungan yang mendukung bagi perkembangan bahasa yang baik, yaitu lingkungan yang dekat dengan pendidikan.


DAFTAR PUSTAKA
Budiman, A. dkk. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: UPI Press.
Erdiansyah, Muhammad. (2009). Perkembangan dan Pemerolehan Bahasa Anak. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/zetzue/d/22104651-Tugas-Perkembangan. [14 Pebuari 2012]
Hartono, A. dan Sunarto. (1995).  Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. 
 
http://hvalmband.multiply.com/journal/item/18/Perkembangan_Bahasa.[14 Pebuari 2012]
Irma, Ade Suryani. (2010). Makalah Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini. [Online]. Tersedia: http://adeirmasuryani.wordpress.com/2010/11/29/makalah-perkembangan-bahasa-berbicara-pada-anak-usia-dini/. [14 Pebuari 2012]

Wahab, Rochmat. (1998). Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yusuf, Syamsu LN. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.



Resume Acara Ulang Tahun Tampomas (Seni Tari, Musik, dan Peran Mahasiswa Sumedang)

                                            Berkreasi Seni Memperkokoh Jati Diri

        Ulang tahun UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Tampomas (seni tari, musik, dan peran mahasiswa sumedang) yang ke 2 tahun memeriahkan suasana kampus yang biasanya terkesan sepi. Acara yang mengangkat tema “Berkreasi Seni Memperkokoh Jati Diri” ini menampilkan berbagai kreasi seni dari mahasiswa UPI Kampus Sumedang baik yang merupakan anggota UKM Tampomas maupun selaku mahasiswa.
        Acara tersebut sangat berkesan karena kita selaku penonton bisa tahu kegiatan seni apa saja yang dikembangkan dalam UKM Tampomas tersebut. Penonton pun terhibur dengan berbagai penampilan dari anggota tampomas. Kelebihan dari acara itu sendiri yaitu kita disuguhkan penampilan yang menggunakan alat musik khas sunda. Hal tersebut membantu menambah pengetahuan penonton bahwa alat musik khas sunda tidak hanya angklung saja tetapi ada kolintang ataupun arumba bahkan kecapi. Kalau bukan dari acara seperti ini darimana lagi kita akan tahu berbagai alat musik daerah, khususnya daerah sunda. Ini juga membantu menumbuhkan rasa bangga kita selaku orang sunda bahwa alat musik sunda itu indah didengar. Kalau sudah ada tempat yang mewadahi dan membuka jalan untuk kita mengembangkan potensi dalam memainkan alat musik daerah maka kita tidak akan melupakan berbagai alat musik daerah tersebut.
        Nilai lebihnya yang ditampilkan tampomas tidak hanya terpaku terhadap alat musik daerah tetapi kolaborasi yang indah dari paduan suara membuat kita tidak melupakan bahwa musik akan lebih serasi jika disandingkan dengan suara yang mengikuti iringannya. Lagu-lagu yang ditampilkannya pun lagu daerah yang kebanyakan sudah kita lupakan. Tidak hanya menampilkan kesenian daerah seperti tari, tapi tampomas juga menampilkan tarian modern dari tari pocong dan grup akustiknya. Dari hal tersebut saya bisa mengambil pesan bahwa tampomas tidak hanya mengembangkan potensi keseniaan daerah tetapi kesenian modern juga harus kita ikuti dan kembangkan supaya kita tidak ketinggalan zaman. Pesan lainnya yaitu kita bisa membawakan alat musik daerah seperti mereka, asalkan kita rajin dalam mempelajarinya, dan ada banyak harapan baik kedepannya dengan peringatan hari jadi tampomas yang kedua ini. Serta dengan keinginan yang kuat kita bisa berkembang pesat dalam mendalami sesuatu hal, seperti UKM Tampomas ini yang perkembangannya begitu terasa sekali.
        Dibalik kelebihan pasti ada kekurangan, menurut saya acara tersebut kurang tersusun rapid an tidak adanya kerjasama yang lebih dari penampil hiburan dan pembawa acara, hal ini terlihat ketika pembawa acara harus selalu menanyakan kesiapan penampil sebelum mereka dipanggil kedepan pentas. Kemudian kurang adanya susunan acara yang tepat dari penampilan hiburan tersebut karena seharusnya penampilan yang kocak seperti “Tari Pocong” tidak cocok ditampilkan sebelum penampilan yang sendu seperti “Lagu Bunda” yang dibawakan secara akustik, sehingga kita kurang bisa menghayati pesan yang disampaikan lagunya karena masih terhibur oleh penampilan kocak sebelumnya. Karena banyaknya sambutan yang disampaikan membuat penonton keburu bosan menunggu-nunggu acara intinya jadi menurut saya sebaiknya acaranya di selang hiburan lalu sambutan kemudian hiburan lagi. Setelah itu baru dilaksanakan acara inti yang kemudian disambut oleh penampilan yang paling heboh dan menarik dalam hiburan tersebut.
        Namun lebih dari itu semua acaranya berjalan lancar dan sukses serta mendapatkan berbagai apresiasi dari berbagai pihak. Selamat ulang tahun Tampomas, semoga semakin bertambah kreatifitasnya dalam berkarya seni.

Oleh Winda Puspita Sari

Guru Sebagai Pekerjaan Profesi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
        Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
       Dalam pendidikan selalu ada unsur pendidik dan peserta didik. Pendidik dalam pendidikan jalur formal yaitu guru. Guru sebagai pemangku tanggung jawab dalam proses pembelajaran harus mengerti dan memahami bagaimana berprilaku sebagai contoh untuk anak didiknya. Oleh karena itu guru yang diciptakan harus dari pendidikan keguruan tertentu.
Pekerjaan menjadi seorang guru itu bukan hanya sekedar bekerja, namun guru itu sebagai pekerjaan profesi. Untuk itu makalah ini membahas mengenai “Guru sebagai Pekerjaan Profesi”.

B.    Rumusan Masalah
       Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1.    Apa itu profesi guru?
2.    Bagaimana syarat untuk mencetak profesi guru?
3.    Apa saja cakupan dalam kode etik guru Indonesia?

C.    Tujuan
       Sedangkan tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu:
1.    Untuk mengetahui pengertian profesi guru.
2.    Untuk mengetahui syarat untuk mencetak profesi guru.
3.    Untuk mengetahui cakupan dalam kode etik guru Indonesia.

BAB II
ISI
A.    Pengertian Guru dan Profesi
         Guru merupakan unsur yang harus ada dalam suatu proses pendidikan. Menurut Undang-Undang RI No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 bab I,  menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
        Jika mengacu kepada pengertian guru menurut Undang-Undang tersebut berarti guru termasuk kepada jenis pendidik profesional karena ada hanya pada pendidikan jalur formal, dan diemban karena  jabatan yang diterimanya.
       Sedangkan menurut Sanusi dalam buku Udin Syaefudin (2008 : 6) pengertian profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties) dari para anggotanya. Suatu profesi tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang yang tidak dilatih dan disiapkan untuk suatu profesi tersebut. Maksud dari keahlian tersebut didapat dari sebuah profesionalisasi yang dilakukan baik sebelum ataupun sesudah seseorang menjalani profesi tersebut.
       Dalam bukunya Udin Syaefudin (2008 : 7) menjelaskan bahwa: Profesi pada hakikatnya merupakan suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang yang memerlukan.
       Setelah mengetahui pengertian dari profesi kita bisa membedakan profesi dan pekerjaan. Pekerjaan itu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil berupa materi, sedangkan profesi kegiatan yang dilakukan dengan persyaratan dan kualifikasi khusus untuk mendapatkan suatu pengakuan.

B.    Pengertian Profesi Guru
       Menurut Makagiansar, M. (1996) dalam www.sarjanaku.com,  profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
       Dari penjelasan diatas dipaparkan jelas bahwa guru sebagai pekerjaan profesi itu harus menempuh pendidikan keguruan tertentu terlebih dahulu, serta dalam pelaksanaan profesinya guru harus mengabdi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa memperhitungkan imbalan materi.

C.    Syarat untuk Mencetak Profesi Guru
       Menurut salah satu sumber yaitu dosen Pedagogik Ali Sudin (23 Mei 2012) menjelaskan bahwa guru termasuk pekerjaan profesi karena telah memenuhi persyaratan suatu profesi, syarat yang telah dipenuhi keguruan yaitu:
1.    Ada lembaga formal yang meluluskan/memproduksi.
Lembaga formalnya berupa LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan).
2.    Adanya organisasi profesi.
Organisasi profesi guru yaitu PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) yang berfungsi sebagai pengontrol jalannya proses dan cara kerja guru.
3.    Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, sikap dan cara kerja.
Keguruan mempunyai kode etik tersendiri yaitu kode etik guru Indonesia.

D.    Cakupan dalam Kode Etik Guru Indonesia
        Kode etik ini bertujuan untuk menjamin agar tugas-tugas keprofesian guru dapat terlaksanakan sebagaimana seharusnya, serta untuk melindungi kepentingan semua pihak. Kode etik ini akan menjadi pegangan guru dalam bertindak sehingga mampu menjungjung martabat, wibawa, visi, dan misinya sebagai guru.
        Dalam kode etik guru Indonesia tertera berbagai hal yang memaparkan kemampuan yang harus dimiliki, berupa kemampuan pribadi yang mencakup sehat jasmani dan rohani, kemampuan akademis mencakup keilmuan dan materi, serta keamampuan kemasyarakatan mencakup eksistensi sebagai pengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut kode etik guru Indonesia:
Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggungjawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya derngan memedomani dasar-dasar sebagai berikut.
1.    Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2.    Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3.    Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4.    Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5.    Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6.    Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7.    Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.
8.    Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9.    Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Sumber: AD/ART PGRI (1994)

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa:
1.    Profesi guru adalah orang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu.
2.    Syarat untuk mencetak profesi guru:
a.    Ada lembaga formal yang meluluskan/memproduksi.
b.    Adanya organisasi profesi.
c.    Memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, sikap dan cara kerja.
3.    Cakupan dalam kode etik guru Indonesia berupa kemampuan pribadi yang mencakup sehat jasmani dan rohani, kemampuan akademis mencakup keilmuan dan materi, serta keamampuan kemasyarakatan mencakup eksistensi sebagai pengemban tugas mencerdaskan kehidupan bangsa dan sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat.

4.    Saran
Guru itu bukan hanya sebagai pekerjaan biasa, namun guru adalah pekerjaan profesi yang harus diemban tanpa pamrih. Menurut penulis untuk menjadi guru yang profesional maka guru tersebut harus memahami dan mengamalkan apa yang tertera dalam kode etik guru Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
………..... (2012). Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan. [ 19 Juni 2012]
……………. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. [Online]. Tersedia: http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf. [19 Juni 2012].
Syaefudin, Udin Saud. 2008. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.
Syaripudin, Tatang dan Kurniasih. 2009. Pedagogik Teoritis Sistematis. Bandung: Percikan Ilmu.
Yasin, Sanjaya. (2011). Makalah Profesi Guru. [Online]. Tersedia: http://www.sarjanaku.com/2011/01/makalah-profesi-guru.html. [19 Juni 2012].

Oleh Winda Puspita Sari

Biografi Tokoh Sufi Rabi’ah Al-Adawiyah

       Tokoh sufi perempuan yang terkenal yaitu Rabiah Al-Adawiyah. Nama lengkapnya yaitu Ummu al-Khair bin Isma’il Al-Adawiyah Al-Qisysyiyah. Beliau diberi nama Rabi’ah karena merupakan anak perempuan keempat dari empat bersaudara. Rabiah dilahirkan dari pasangan suami istri yang hidup miskin bahkan Rabi’ah pun dilahirkan tanpa adanya lampu penerangan. Rabi’ah lahir di kota Basrah, Iraq pada tahun 94 H. Beliau poun wafat di kota Basrah, Iraq tahun 185 H.
      Namun ketika ayahnya meninggal Rabi’ah Al-Adawiyah terpaksa harus terpisah dari keluarganya karena kehidupan ekonomi yang semakin menghimpit. Karena kehidupan yang miskin itulah, sehingga memaksa Rabi'ah untuk hidup sebagai hamba sahaya dengan berbagai macam penderitaan yang dialami silih berganti. Disamping sebagai hamba sahaya, beliau mempunyai kepandaian memainkan alat musik.
Kehidupan Rabi’ah Al-Adawiyah sebagai hamba sahaya yang selalu dikekang dan diperas oleh majikannya, membuat Rabi'ah selalu berdo'a kepada Allah SWT untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT. Dengan penderitaan yang dialami ini, Rabi'ah tidak menyia-nyiakan waktu luangnya untuk berdo'a baik itu pagi, siang dan malam hari.
      Rabi’ah Al-Adawiyah selalu memanjatkan do'a, setiap hari amalan ibadah yang dilakukan Rabi'ah semakin meningkat seperti dengan memperbanyak taubat, dzikir, puasa serta menjalankan shalat siang dan malam.Beliau melaksanakan shalat sampai meneteskan air mata, karena merasa rindu kepada Allah SWT. Lama-kelamaan saat majikannya mendengar rintihan Rabiah Al-Adawiyah  saat berdoa, majikannya melihat ada cahaya yang menerangi bilik Rabi’ah saat beliau berdoa di malam hari. Hal ini yang membuat majikannya merasa bahwa Rabi’ah adalah kekasih Allah. Dari kejadian itu Rabi’ah dibebaskan majikannya bahkan diberi pilihan, yaitu mendapatkan semua harta majikannya atau kembali ke kota kelahirannya. Karena Rabi’ah hidup untuk menjauh dari kekayaan dan kesenangan dunia maka beliau memilih untuk kembali ke kotanya untuk menjadi sufi dan mendekatkan diri dengan Allah.
Aliran sufi yang diajarkan Rabi’ah Al-Adawiyah yaitu pelopor tasawuf mahabbah, yaitu penyerahan diri total kepada “kekasih” (Allah). Hakekat tasawufnya adalah habbul-ilāh (mencintai Allah SWT). Ibadah yang ia lakukan bukan terdorong oleh rasa takut akan siksa neraka atau rasa penuh harap akan pahala atau surga, melainkan semata-mata terdorong oleh rasa rindu pada Tuhan untuk menyelami keindahan–Nya yang azali. Mahabbah Rabiah merupakan versi baru dalam masalah ubudiyah kedekatan pada Tuhan. Perkembangan ajarannya selama kurun waktu 713-801 M.
        Rabiah adalah seorang zahidah sejati. Memeluk erat kemiskinan demi cintanya pada Allah. Lebih memilih hidup dalam kesederhanaan. Definisi cinta menurut Rabiah adalah cinta seorang hamba kepada Allah Tuhannya. Ia mengajarakan bahwa yang pertama, cinta itu harus menutup yang lain, selain Sang Kekasih atau Yang Dicinta, yaitu bahwa seorang sufi harus memalingkan punggungnya dari masalah dunia serta segala daya tariknya. Sedangkan yang kedua, ia mengajarkan bahwa cinta tersebut yang langsung ditujukan kepada Allah dan mengesampingkan yang lainnya, harus tidak ada pamrih sama sekali. Ia harus tidak mengharapkan balasan apa-apa. Dengan Cinta yang demikian itu, setelah melewati tahap-tahap sebelumnya, seorang sufi mampu meraih ma’rifat sufistik dari “hati yang telah dipenuhi oleh rahmat-Nya”. Pengetahuan itu datang langsung sebagai pemberian dari Allah dan dari ma’rifat inilah akan mendahului perenungan terhadap Esensi Allah tanpa hijab. Rabiah merupakan orang pertama yang membawa ajaran cinta sebagai sumber keberagamaan dalam sejarah tradisi sufi Islam.
Ada beberapa pokok pikiran pada diri Rabi'ah, diantaranya adalah:
hidup atas dasar zuhud, dan mengisinya dengan selalu beribadah kepada Allah SWT serta menjadikan Allah tumpuan cintanya, sebagaimana yang beliau katakan,
"Aku tinggalkan cintanya Laila dan Su'da mengasing diri
Dan kembali bersama rumahku yang pertama. Dengan berbagai kerinduan mengimbauku, Tempat-tempat kerinduan cinta abadi".
      Selain itu cinta Rabi'ah Al-Adawiyah adalah cinta abadi kepada Tuhan yang melebihi segala yang ada, cinta abadi yang tidak takut pada apapun walau pada neraka sekalipun. pernyataan Rabi'ah Al-Adawiyah yang terkenal ialah,
"Kujadikan Engkau teman percakapan hatiku, Tubuh kasarku biar bercakap dengan insani. Jasadku biar bercengkrama dengan tulangku, Isi hati hanyalah tetap pada-Mu jua..."
Ibadah yang Rabi'ah Al-Adawiyah tegakkan baik siang dan malam, semata-mata karena cintanya kepada Allah SWT. Sebagaimana pernyataannya,
"Sekiranya aku beribadah kepada Engkau Karena takut akan siksa neraka, Biarkanlah neraka itu bersamaku. Dan jika aku beribadah karena mengharap surga, Maka jauhkanlah surga itu dariku. Tetapi bila aku beribadah karena cinta semata, Maka limpahkan lah keindahan-Mu selalu..."

Sumber:
http://break-angel.blogspot.com/2010/05/cinta-abadi-rabiah-al-adawiyah-seri.html
http://cerekaduniaakhirat.blogspot.com
http://darisrajih.wordpress.com
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/753
http://muftiramdlani.wordpress.com/2010/12/25/kisah-sufi-perempuan-pertama-rabiah-al-adawiyah-mahabbah/
http://naanaaolayforever.wordpress.com/2011/05/12/mengenal-sosok-rabiah-al-adawiyah/#_ftn2


Oleh Winda Puspita Sari

Resensi Artikel Pendidikan Agama di Keluarga dalam Upaya Membina Pribadi Anak

Judul Buku              :    Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar
Judul Artikel            :    Pendidikan Agama di Keluarga dalam Upaya Membina Pribadi Anak
Nama Penulis           :    Ani Nur Aeni
Tahun Penerbitan     :    2011
Nama Penerbit        :    Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Jumlah Halaman      :    i-iv dan 1-7 halaman

                   Membina Pribadi Anak dengan Dasar Pendidikan Agama di Keluarga
       Sekarang ini banyak kabar di media massa yang memberitakan mengenai berbagai prilaku yang menyimpang dari norma agama. Ironisanya perilaku menyimpang ini dilakukan oleh berbagai kalangan, baik anak-anak maupun dewasa, pejabat maupun kaum melarat, orang-orang terpelajar maupun yang tidak terpelajar, bahkan pegawai pemerintahan serta pendidik pun melakukan perilaku menyimpang tersebut. Berikut ini beberapa perilaku menyimpang yang dilakukan berbagai kaum yang disayangkan akan status sosialnya, diantaranya:
1.    Pegawai PNS Kecamatan Pakuan Ratu, Wayakanan (39 tahun), ditangkap polisi karena memperkosa pembantu rumah tangganya (17 tahun). (detik informatika: 2011)
2.    Di Bandung siswi SMA kelas tiga (15 tahun) ditangkap tanpa busana disebuah hotel karena sedang melakukan perbuatan mesum dengan dua pacarnya. (detik informatika: 2011)
3.    Guru SMP Negeri 2 Pamekasan dipecat karena berfoto bugil dengan pria selingkuhannya. (detik informatika: 2011)
4.    Di tahun 1990 ada 80 remaja usia 14-24 hamil sebelum nikah. (Anclok: 2005)
5.    Penelitian di Menado menemukan dari 663 orang ternyata 473 yang hamil sebelum menikah (291 orang berusia 14-19 tahun, 345 orang berusia 20-24 tahun).
6.    Lembaga Family Health International melaporkan hasil surveynya menunjukan bahwa 54% remaja kota Bandung, 52% remaja kota Medan, Jakarta 51%, dan Surabaya 47% pernah berhubungan seks.
Berita-berita tersebut menjadi bukti betapa bejadnya akhlak yang terjadi dewasa ini. Orang-orang yang melakukan tindakan menyimpang tersebut secara sensus agama ternyata beragama Islam. Islam sendiri berasal dari tiga kata yaitu, salam (kedamaian), salama (keselamatan), dan aslama (berserah diri) yang seharusnya memberikan keselamatan serta kedamaian bagi pemeluknya, namun kenyataannya pemeluknya hanya memeluk Islam secara formalitas tidak dihayati serta tidak diamalkan seruan kebaikan serta jalan keselamatan bagi pemeluknya, hal ini yang membuat pemeluknya tidak merasa mendapat kedamaian dan keselamatan.
        Hal-hal tersebut yang menjadi dasar penulis untuk menulis mengenai solusi untuk mengatasi masalah norma agama ini. Tentunya menyelamatkan perilaku pribadi ini tidak bisa dilakukian secara cepat, namun pembinaan perilaku anak ini harus dilakukan secara berkelanjutan baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Pembinaan itu diawali dengan pentingnya menanamkan pendidikan agama khususnya akhlak yang baik bagi anak di keluarga. Dengan mengajarkan serta memberikan contoh-contoh perilaku baik bagi anak.
       Tentunya kredibilitas penulis tidak diragukan lagi dalam tulisan ini. Penulis mampu mengangkat permasalahan yang orang-orang anggap tidak terlalu penting bagi pembentukan pribadi anak. Namun penulis mengangkat berbagai permasalahan yang berhubungan dengan penyimpangan agama dan sosial serta mampu mencari dan memberi solusi akan hal-hal yang menyebabkan perilaku menyimpang tersebut, yaitu masalah kurangnya pendidikan agama bagi anak di keluarga.
Setiap anak dilahirkan dalam fitrah Islam, artinya dalam pikirannya telah siap diajarkan Islam sebagai agamanya, tentunya ini akan berlangsung apabila tidak ada halangan hawa nafsu dari dirinya. Fitrah sendiri artinya yaitu kesucian dalam jasmani dan rohani (menurut Al-Auzi).
       Namun yang menjadikan anak itu muslim ataupun kafir yaitu orang tuanya. Oleh karena itu anak yang dibesarkan di lingkungan yang muslim maka akan tumbuh menjadi pribadi muslim yang baik.
Perkembangan agama pada anak terjadi dari sejak kecil, bahkan saat di dalam kandungan pun anak sudah mulai belajar yaitu dari menyimak apa yang orang tuanya katakan serta menyimak kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang tuanya. Perkembangan keagamaan pada anak terjadi pada beberapa fase, diantaranya:
1.    Masa Kanak-Kanak sampai Anak Masa Sekolah (± 0-12 tahun)
Anak mulai mengenal kata Allah karena orang tuanya sering mengucapkannya. Anak mulai menyimak dan memperhatikan perilaku serta ucapan orang tuanya kemudian menirukannya tanpa tahu itu perbuatan benar atau salah. Oleh karena itu pada masa ini keadaan orang tua dalam kehidupan mereka sehari-hari sangat berperan besar dalam pembinaan kepribadian anak, khususnya pembinaan pendidikan agama. Pada masa memasuki sekolah anak-anak biasanya lebih senang dengan kegiatan keagamaan yang menyertakan dirinya untuk ikut berperan. Contohnya saat shalat berjama’ah baik di masjid ataupun dirumahnya. Pertumbuhan agama ini tidak terjadi secara sekaligus tetapi melalui tahapan yang harus dilalui anak, yaitu dimulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
2.    Masa Remaja sampai Akhir Remaja (± 13-21 tahun)
Memasuki masa remaja anak mulai merasakan berbagai goncangan. Karena pada masa anak-anak mereka hanya merasakan ketenangan serta belum banyak persoalan yang harus mereka hadapi. Goncangan emosi ini terjadi karena pertumbuhan jasmani yang secara cepat berubah, ini menimbulkan kecemasan, serta kekhawatiran yang berlebih. Bahkan menimbulkan kepercayaan kepada agama semakin pudar , namun ada pula remaja yang semakin banyak masalah merasa semakin membutuhkan agama.
         Pada masa akhir remaja anak sudah mulai mendekati kesempurnaan, baik dari cara berfikir yang matang serta mesara tubuh dan fisiknya sudah berfungsi dengan baik. Namun pada masa ini anak mulai memperhatikan pertentangan antara nilai-nilai agama serta perbuatan yang terjadi di masyarakat.
Semua masalah diatas akan anak hadapi, oleh karena itu pendidikan agama di keluarga sangat penting. Dengan memperlihatkan pembiasaan dan latihan-latihan perbuatan baik, akan menuntun anak untuk tetap melakukan segala sesuatu dengan pertimbangan agama. Bentuk pendidikan dan latihan yang baik bagi anak diantaranya:
a.    Tanamkan akidah yang baik pada anak
b.    Ciptakan iklim religius dalam keluarga
c.    Lakukan ibadah secara bersama
d.    Perbanyak referensi keagamaan
e.    Lakukan kontrol untuk setiap anggota keluarga
f.    Berikan contol teladan yang baik
g.    Jalankan fungsi dan peran keluarga dengan sebenar-benarnya
       Adapun dalam pemberian pembiasaan berprilaku muslim pada anak setidaknya harus menunjang sepuluh karakter yang harus melekat pada pribadi muslim sesungguhnya (dalam Pangeras 2008), yaitu:
a.    Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
b.    Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
c.    Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
d.    Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
e.    Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
f.    Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
g.    Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
h.    Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam sesuatu urusan)
i.    Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
j.    Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
         Jika dari sejak kecil anak ditanamkan sesuai pribadi muslim maka tidak akan ada perilaku menyimpang norma agama. Tetapi dalam pemberian pendidikan agamanya pun anak harus dibiasakan mengamalkan kebaikan-kebaikan yang terkandung dalam agamanya, agama bukan hanya dijadikan formalitas semata tetapi dihayati dalam kehidupannya.
       Disini penulis tidak hanya memberikan berbagai masalah tetapi juga memberikan berbagai solusinya. Tulisan ini penulis buat dari hasil pengamatan dari berbagai media masa serta dari hasil referensi beberapa buku penunjang. Kata-kata yang digunakan penulis dalam tulisan ini bersifat lebih membuka wawasan baru bagi pembacanya. Buku ini cocok dibaca oleh guru serta calon guru Sekolah Dasar, oleh dosen dan para orang tua, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai penulis. Penulis memberikan contoh-contoh baru yang lebih mendalami suasana keagamaan dalam memberikan pendidikan agama pada anak khususnya diawali dikeluarga.
Sedangkan saran saya mengenai keseluruhan buku diantaranya:
1.    Cover:
Seharusnya lambang UPI sesuai dengan yang sebenarnya, serta foto kampusnya lebih baik diperlihatkan dari depan. Namun penggunaan warnanya sudah sesuai tidak terlalu mencolok.
2.    Kata pengantar:
Kata pengantarnya sudah mencapai beberapa aspek yaitu rasa syukur kepada Allah, isinya mencakup apa saja, serta permohonan kritikan dan saran yang membangun.
3.    Konten tulisan:
Konten tulisan yang digunakan belum terlalu baik, karena banyaknya pemenggalan kata yang tidak seharunya, tidak lengkapnya penulisan kata, adanya kalimat yang tidak memakai tanda titik, serta penggunaan bahasa yang tidak sesuai EYD.
4.    Kualitas kertas:
Kualitas kertasnya menggunakan kualitas yang baik

Oleh Winda Puspita Sari

Makalah Kajian Ayat Al-Maidah 67-68

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Seperti nabi dan rasul yang sebelumnya, Nabi Muhammad juga diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci ajaran samawi, kemudian dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa Nabi Muhammad dalam kandungan, masa kecil dan remaja. Kemudian Nabi Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya.
       Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar Nabi Muhammad adalah Al-Qur'an, karena pada masa itu bangsa Arab memiliki kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan Muhammad sendiri adalah orang yang buta huruf, dan diyakini oleh umat muslim mustahil Al-Quran dikarang olehnya. Selain itu, Nabi Muhammad juga diyakini pula oleh umat Islam pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra dan Mi'raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki Nabi Muhammad adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan. Nabi Muhammad diberikan amanat dan perintah untuk menyampaikan ajaran agama sesuai dengan kitab-kitab Allah khususnya Al-Quran.
        Al-Quran adalah firman Allah SWT. Muncul dari zat-Nya dalam bentuk perkataan yang tidak dapat digambarkan. Diturunkan kepada Rasul-Nya dalam bentuk wahyu. Orang-orang mukmin mengimaninya dengan keimanan yang sebenar-benarnya. Mereka beriman tanpa keraguan, bahwa Al-Quran adalah firman Allah dengan sebenarnya dari Allah SWT. Barang siapa mendengarnya dan menganggap sebagai perkataan manusia, maka ia telah kafir.
        Mempelajari isi kandungan ayat-ayat Al-Quran akan membuat kita semakin bisa memahami bagaimana menjalani kehidupan yang dianjurkan dan sesuai dengan tuntunan Allah SWT. serta menambah pandangan dan wawasan baru tentang isi kandungan Al-Quran.
        Untuk itu penulis akan membahas mengenai isi kandungan salah satu surah dalam Al-Quran, khususnya surah Al-Maidah ayat 67-68. Ayat ini membahas mengenai amanat yang harus dilaksanakan oleh Nabi Muhammad serta perintah untuk Ahli Kitab agar menyebarkan agama Islam sesuai kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT.  Namun dalam kenyataannya banyak yang salah mengartikan isi kandungan ayat ini serta tidak menggunakan kitab-kitab Allah ini sebagai acuan menyampaikan ajaran agama. Oleh karena itu penulis akan membahas dimulai dari asbabun nuzulnya sampai hikmah yang dapat diambil dari ayat ini.

B.    Analisis Masalah
       Adapun masalah yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana asbabun nuzul surah Al-Maidah ayat 67-68?
2.    Bagaimana isi kandungan surah Al-Maidah ayat 67-68?
3.    Apa kaitan surah Al-Maidah ayat 67-68 dengan bidang pendidikan?
4.    Apa hikmah yang dapat diambil dari surah Al-Maidah ayat 67-68?

C.    Tujuan
       Adapun tujuan yang akan penulis bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui asbabun nuzul surah Al-Maidah ayat 67-68.
2.    Untuk mengetahui isi kandungan surah Al-Maidah ayat 67-68.
3.    Untuk mengetahuikaitan surah Al-Maidah ayat 67-68 dengan bidang pendidikan.
4.    Untuk mengetahui hikmah yang dapat diambil dari surah Al-Maidah ayat 67-68.

BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A.    Ayat dan Terjemahan
1.    Surat Al-Ma’idah ayat 67
Artinya : “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”
2.    Surah Al-Ma’idah ayat 68
Artinya : ‘Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al-Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang kafir itu.’

B.    Asbabul Nujul
       Ayat ini turun karena pada saat itu orang Yahudi menunjukan watak mereka yang lebih keji dari watak yang dijelaskan pada ayat sebelumnya. Watak yang keji itu yaitu menuduh Allah SWT. bersikap kikir, tidak bisa mengampuni dosa dan sebagainya. Allah juga mengungkapkan bahwa mereka berwatak seperti itu karena telah menyimpang dari tuntunan kitab Allah, sehingga mereka tidak menyadari perbuatan mereka yang keji.
       Kemudian di dalam ayat-ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, agar menyampaikan wahyu yang telah diterima dengan tidak perlu menghiraukan sikap orang-orang Yahudi yang memusuhinya, bahkan Nabi Muhammad saw, diperintahkan mengajak mereka untuk kembali kepada tuntunan kitab Taurat, Injil, dan Al-Quran, agar mereka kembali menjadi orang yang beragama tauhid dan menempuh jalan yang benar sesuai tuntunan dari nabi-nabi yang diutus sebelumnya.
1.    Surah Al-Ma’idah ayat 67
       Abu Syekh menjelaskan keterangan dari Hasan, bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengutusku untuk membawa risalah-Nya hal ini membuatku merasa susah. Dan aku telah mengetahui bahwa orang-orang pasti akan mendustakan diriku. Akhirnya Allah memberikan ultimatum kepadaku, apakah aku menyampaikannya ataukah Dia akan mengazabku’.
Kemudian Allah menurunkan ayat,
Artinya: “Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang tidak diperintahkan itu), berarti engkau tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.”’ (Q.S. Al-Maidah 67).
       Ada tiga hadits yang menceritakan riwayat Nabi Muhammad saat turunnya surah Al-Maidah ayat 67-68, yaitu:
a)    Riwayat yang diceritakan Ibnu Abu Hatim yang menjelaskan keterangan dari Mujahid yang menceritakan, “Tatkala ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya, ‘Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu..’ (Q.S. Al-Maidah 67) Nabi saw. berkata, ‘Wahai Tuhanku! Apakah yang harus aku perbuat sedangkan diriku ini seorang diri dan mereka orang-orang banyak yang berada di sekitarku.’ Kemudian turunlah ayat, ‘Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang menjadi perintah-Ku itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah/amanat-Nya.’” (Q.S. Al-Maidah 67).
b)    Riwayat yang diceritakan Hakim dan Tirmizi yang menjelaskan keterangan sebuah hadis dari Siti Aisyah r.a. Siti Aisyah telah berkata, “Tersebutlah bahwa Nabi saw. selalu berada dalam kawalan ketat, sehingga turunlah ayat, ‘Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia’ (Q.S. Al-Maidah 67). Kemudian setelah ayat itu turun maka beliau keluar menampakkan kepalanya dari dalam mesjid Quba seraya berseru, ‘Hai manusia! Pergilah kamu sekalian, sesungguhnya Allah telah memelihara diriku.’ Hadis ini menunjukkan bahwa ayat tersebut turun di malam hari ketika Rasulullah sedang berbaring di atas tempat tidurnya.”
c)    Riwayat yang diceritakan Imam Thabrani menjelaskan keterangan dari Abu Said Al-Khudri yang menceritakan, “Paman Nabi yaitu Abbas r.a. termasuk orang-orang yang menjaga beliau. Tatkala turun ayat, ‘Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.’ (Q.S. Al-Maidah 67), ia langsung meninggalkan tugas jaganya itu.” Imam Thabrani menjelaskan keterangan pula dari Ishmah bin Malik Al-Khuthami yang menceritakan bahwa pada suatu malam kami sedang menjaga Rasulullah saw. kemudian pada malam itu juga turunlah ayat, “Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (Q.S. Al-Maidah 67) setelah itu pengawalan terhadap diri beliau ditiadakan.
d)    Riwayat yang diceritakan Ibnu Hibban yang menjelaskan keterangan dalam kitab Shahih dari Abu Hurairah r.a. Abu Hurairah mengatakan, “Jika kami berada dalam suatu perjalanan bersama Rasulullah saw. kami berikan buat beliau pohon yang paling besar dan paling rindang untuk tempat berteduh beliau. Kemudian pada suatu ketika beliau berteduh di bawah sebuah pohon dan menggantungkan pedangnya di pohon itu. Tiba-tiba datang seorang lelaki mengambil pedangnya lalu lelaki itu berkata, ‘Hai Muhammad! Siapakah yang bisa mencegah diriku terhadapmu?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Hanya Allah yang bisa mencegahmu dariku. Sekarang letakkanlah pedangmu!’ Kemudian lelaki itu pun meletakkan pedangnya lalu turunlah ayat, ‘Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.’” (Q.S. Al-Maidah 67).
2.    Surah Al-Ma’idah ayat 68
       Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Rafi’, Salam bin Misykum dan Malik bin Shaif datang kepada Nabi saw., lalu mereka berkata, ‘Hai Muhammad! Bukankah engkau mengaku bahwa engkau adalah pengikut agama Ibrahim dan engkau beriman (pula) kepada Alkitab yang berada pada kami?’ Nabi saw. menjawab, ‘Benar, akan tetapi kamu telah membuat-buat bidah dan ingkar terhadap apa yang dimuat di dalam Alkitab itu, kemudian kamu menjelaskannya kepada umat manusia.’ Jawab mereka, ‘Sesungguhnya kami hanyalah mengamalkan apa yang ada pada tangan kami (Alkitab), dan sesungguhnya kami berada pada jalan hidayah dan kebenaran.’ Setelah itu Allah menurunkan ayat, ‘Hai Ahli Kitab! Kamu tidak dipandang beragama sedikit pun...’” (Q.S. Al-Maidah 68).

C.    Tafsir
        Ayat-ayat yang mendukung tentang seruan untuk mengajarkan kitab Allah, khususnya Al-Quran oleh Nabi Muhammad saw.:
1.    Hadits riwayat Ibnu Mardawiah dan Diya’
       Diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih dan Diya’ dari Ibnu Abbas bahwa ayat ini diturunkan pada masa permulaan Islam dan masa permulaan Rasul diperintahkan Allah melakukan dakwah secara umum. Sebagian ahli tafsir memandang, bahwa perintah Allah kepada Rasul untuk melakukan dakwah tersebut secara khusus yaitu terhadap Ahli Kitab dan yang harus disampaikan itu ialah yang dikandung oleh ayat berikut ini. Selanjutnya menurut Ibnu Mardawaih, Ibnu Abbas berkata: ‘Rasulullah ditanya, “Ayat manakah yang turun dari langit yang sangat berat bagimu?” Rasulullah berkata, ‘Aku sedang berada di Mina pada suatu musim, sedang orang-orang musyrik Arab dan masyarakat awam berkumpul pada musim tersebut. Maka datanglah kepadaku Jibril membacakan ayat ini. ’Kata Nabi’, Lantas aku berdiri di Aqabah lalu menyeru, ‘Wahai sekalian manusia siapakah di antaramu yang menolong aku untuk menyampaikan amanat-amanat Tuhanku dan kamu akan memperoleh surga. Hai sekalian manusia katakanlah tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku (Muhammad) adalah utusan Allah kepadamu niscaya kamu akan berbahagia selamat senantiasa dan kamu memperoleh surga.’” Kata Nabi, “Tidak ada seorang pun baik laki-laki maupun perempuan, baik hamba sahaya perempuan dan anak-anak kecil, melainkan semua mereka itu melempariku dengan tanah dan batu sambil berteriak, “Pendusta yang murtad!” Kemudian muncullah seseorang dan berkata, “Hai Muhammad, jika engkau Rasulullah maka sudah sampailah waktunya engkau mendoakan kecelakaan atas mereka itu sebagaimana Nabi Nuh mendoakan kecelakaan atas kaumnya.” Maka berkata Rasulullah saw., “Hai Tuhanku, beri petunjuklah kaumku ini, karena mereka tidak mengetahui dan tolonglah aku supaya mereka mengikuti ajakan-ajakanku agar mereka taat kepadamu.” Kemudian datanglah Abbas paman Rasul menolongnya dan mengusir orang-orang itu.” (Rasyid Rida, Aal-Manar, juz 6, hal. 467)
2.    Isi kandungan surah Al-Maidah ayat 68
       Pada ayat ini Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. supaya mengatakan kepada Ahli Kitab bahwa mereka itu tidak dapat dipandang sebagai orang yang beragama selagi mereka tidak menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan ajaran-ajaran yang telah Allah turunkan kepada Muhammad yaitu Al-Quran, karena kalau mereka menegakkan ajaran Taurat dan Injil tentulah tidak ada golongan yang mereka musuhi dan mereka laknati. Sedangkan kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Daud as., kitab Injil kepada Nabi Isa as.
      Ayat ini menganjurka kepada Nabi Muhammad agar tidak perlu takut untuk menghadapi gangguan dari mereka dalam membentangkan rahasia dan keburukan tingkah laku mereka karena Allah menjamin akan memelihara Nabi Muhammad dari gangguan baik masa sebelum hijrah oleh kafir Quraisy maupun sesudah hijrah oleh orang Yahudi. Segala yang Allah turunkan kepada Muhammad adalah amanat-Nya dianggap sama dengan tidak menyampaikan sama sekali. Demikian kerasnya peringatan Tuhan kepada Nabi Muhammad, ini menunjukan bahwa amanat ini benar-benar kewajiban Rasul. Ancaman terhadap penyembunyian sebagai amanat Allah sama kerasnya dengan ancaman terhadap sikap seseorang yang beriman kepada sebagian rasul-rasul saja dan beriman kepada sebagian ayat-ayat Al-Quran saja.
a.    Firman Allah SWT tentang ancaman bagi orang-orang yang menyembunyikan amanat Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mnyembunyikan apa yang Kami turunkanberupa keterangan-keterangan (yang jelas)dan petunjuk, setelah Kami menerangkankepada manusiadalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 159)
Sehubungan dengan ancaman Al-Quran ini, Nabi Muhammad bersabda mengancam orang-orang yang menyembunyikan ilmu pengetahuan:
Artinya: “barangsiapa kepadanya ditanyakan tenteang sesuatu ilmu pengetahuan lalu disembunyikan maka ia akan dikekang pada hari kiamat dengan kekangan dari neraka”. (H.R. Abu daud, Tarmizi dari Abu Hurairah)
b.    Surah Al-Hijr ayat 94
Artinya: “Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyik”
Selanjutnya pada akhir ayat ini Allah melarang Nabi Muhammad berduka cita terhadap orang-orang kafir yang tidak menyambut seruannya agar mereka beriman kepada Al-Quran.

D.    Kaitan dengan Bidang Pendidikan
       Terdapat beberapa makna yang bisa kita ambil dalam surah Al-Maidah ayat 67-68. Dalam hal ini, kita sebagai calon pendidik harus menerapkan isi kandungan ayat ini dalam proses pembelajaran sehari-hari. Hendaknya kita sebagai pendidik bisa mendidik bukan hanya mengajarkan materi pembelajaran, karena mendidik lebih susah daripada mengajar. Sebagai pendidik yang baik seharusnya kita mampu menyampaikan amanat inti dari setiap materi pembelajaran sehingga terjadi perubahan sikap dan sifat siswa kearah yang lebih baik. Karena yang menjadi kewajiban inti kita yaitu menyampaikan dan mendorong siswa mengaplikasikan amanat itu agar bisa menjadi pribadi siswa yang baik.
Seorang pendidik yang baik pun hendaknya tidak menunda-nunda amanat dalam  pelajaran yang harus disampaikan, karena sesungguhnya Allah SWT. tidak menyukai orang yang menunda-nunda penyampaian amanat yang baik.
         Jangankan Ahli Kitab yang harus mengajarkan agama sesuai kitab-kitab Allah SWT. kita pun selaku calon pendidik harus mengacu pada buku pedoman pengajaran dan tutunan yang benar dan baik. Karena jika kita asal-asalan dalam memilih pedoman pengajaran maka tujuan pembelajaran yang sempurna dan berhasil tisak dapat terlaksanakan.
         Bagi seorang pendidik hendaklah bersikap sabar dan tawakal dalam mendidik anak didiknya, karena seberat apapun rintangan yang kita dapatkan Allah akan memudahkan jalan jika kita memang mempunyai niat yang baik dalam mengajar siswa. Serta jangan takut akan rintangan dari orang-orang yang kafir karena selalu ada Allah yang akan melindungi kita, selama kita tetap mempertahankan ajaran dan berada dijalan-Nya.

E.    Hikmah yang dapat Diambil
       Dari pembahasan mengenai kajian surat Al-Maidah ayat 67-68, penulis mendapat beberapa hikmah yang dapat diambil untuk pembelajaran kedepannya, diantaranya:
1.    Mengetahui isi kandungan, makna, serta hikmah surah Al-Maidah ayat 67-68.
2.    Selalu mengutamakan menyampaikan amanat dari apapun karena Allah mengancam dengan berat siapapun yang menyembunyikan amanat.
3.    Tidak boleh menunda-nunda dalam menyampaikan amanat karena sesungguhnya Allah menyukai orang yang menyegerakan menyampaikan amanat.
4.    Dalam menyebarkan agama Islam hendaknya berpendoman kepada kitab-kitab Allah jangan hanya dari penafsiran dan pengetahuan manusia semata.
5.    Dalam menyebarkan agama atau pelajaran kita hendaknya jangan takut dan bersedih hati terhadap orang-orang kafir karena sesungguhnya ada zat yang melindungi kita. Seperti dalam hadits Rasulullah berikut:
Artinya: “jangan takut dan janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.”
6.    Jika kita tunduk dan patuh terhadap ketentuan-ketentuan Allah SWT maka kehidupan kita akan selamat dunia akhirat.


DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad
http://users6.nofeehost.com/Al-Quranonline/Al-
http://quran.com/15\
Quran_AsbabunNuzul.asp?pageno=4&SuratKe=5#67
Tafsir Al-Quran dan Terjemahannya Jilid 2

Oleh Winda Puspita Sari

Jumat, 16 November 2012

C e m b u r u

Sang mentari kini telah digantikan rembulan
Walau tak menampakkan diri
Karna ganasnya awan hitam yang membelenggunya
Kau sang mentariku
Kau sang rembulanku
Dan cemburu sang awan hitam yang selalu menyelimutiku
Karna kau sang pujaan hati t`lah nampak
Melawan kobaran api cemburu
Yang tak pernah lelah membakarku

Oleh Winda Puspita Sari