Rabu, 21 November 2012

Resensi Artikel Pendidikan Agama di Keluarga dalam Upaya Membina Pribadi Anak

Judul Buku              :    Jurnal Mimbar Pendidikan Dasar
Judul Artikel            :    Pendidikan Agama di Keluarga dalam Upaya Membina Pribadi Anak
Nama Penulis           :    Ani Nur Aeni
Tahun Penerbitan     :    2011
Nama Penerbit        :    Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Jumlah Halaman      :    i-iv dan 1-7 halaman

                   Membina Pribadi Anak dengan Dasar Pendidikan Agama di Keluarga
       Sekarang ini banyak kabar di media massa yang memberitakan mengenai berbagai prilaku yang menyimpang dari norma agama. Ironisanya perilaku menyimpang ini dilakukan oleh berbagai kalangan, baik anak-anak maupun dewasa, pejabat maupun kaum melarat, orang-orang terpelajar maupun yang tidak terpelajar, bahkan pegawai pemerintahan serta pendidik pun melakukan perilaku menyimpang tersebut. Berikut ini beberapa perilaku menyimpang yang dilakukan berbagai kaum yang disayangkan akan status sosialnya, diantaranya:
1.    Pegawai PNS Kecamatan Pakuan Ratu, Wayakanan (39 tahun), ditangkap polisi karena memperkosa pembantu rumah tangganya (17 tahun). (detik informatika: 2011)
2.    Di Bandung siswi SMA kelas tiga (15 tahun) ditangkap tanpa busana disebuah hotel karena sedang melakukan perbuatan mesum dengan dua pacarnya. (detik informatika: 2011)
3.    Guru SMP Negeri 2 Pamekasan dipecat karena berfoto bugil dengan pria selingkuhannya. (detik informatika: 2011)
4.    Di tahun 1990 ada 80 remaja usia 14-24 hamil sebelum nikah. (Anclok: 2005)
5.    Penelitian di Menado menemukan dari 663 orang ternyata 473 yang hamil sebelum menikah (291 orang berusia 14-19 tahun, 345 orang berusia 20-24 tahun).
6.    Lembaga Family Health International melaporkan hasil surveynya menunjukan bahwa 54% remaja kota Bandung, 52% remaja kota Medan, Jakarta 51%, dan Surabaya 47% pernah berhubungan seks.
Berita-berita tersebut menjadi bukti betapa bejadnya akhlak yang terjadi dewasa ini. Orang-orang yang melakukan tindakan menyimpang tersebut secara sensus agama ternyata beragama Islam. Islam sendiri berasal dari tiga kata yaitu, salam (kedamaian), salama (keselamatan), dan aslama (berserah diri) yang seharusnya memberikan keselamatan serta kedamaian bagi pemeluknya, namun kenyataannya pemeluknya hanya memeluk Islam secara formalitas tidak dihayati serta tidak diamalkan seruan kebaikan serta jalan keselamatan bagi pemeluknya, hal ini yang membuat pemeluknya tidak merasa mendapat kedamaian dan keselamatan.
        Hal-hal tersebut yang menjadi dasar penulis untuk menulis mengenai solusi untuk mengatasi masalah norma agama ini. Tentunya menyelamatkan perilaku pribadi ini tidak bisa dilakukian secara cepat, namun pembinaan perilaku anak ini harus dilakukan secara berkelanjutan baik di keluarga, sekolah dan masyarakat. Pembinaan itu diawali dengan pentingnya menanamkan pendidikan agama khususnya akhlak yang baik bagi anak di keluarga. Dengan mengajarkan serta memberikan contoh-contoh perilaku baik bagi anak.
       Tentunya kredibilitas penulis tidak diragukan lagi dalam tulisan ini. Penulis mampu mengangkat permasalahan yang orang-orang anggap tidak terlalu penting bagi pembentukan pribadi anak. Namun penulis mengangkat berbagai permasalahan yang berhubungan dengan penyimpangan agama dan sosial serta mampu mencari dan memberi solusi akan hal-hal yang menyebabkan perilaku menyimpang tersebut, yaitu masalah kurangnya pendidikan agama bagi anak di keluarga.
Setiap anak dilahirkan dalam fitrah Islam, artinya dalam pikirannya telah siap diajarkan Islam sebagai agamanya, tentunya ini akan berlangsung apabila tidak ada halangan hawa nafsu dari dirinya. Fitrah sendiri artinya yaitu kesucian dalam jasmani dan rohani (menurut Al-Auzi).
       Namun yang menjadikan anak itu muslim ataupun kafir yaitu orang tuanya. Oleh karena itu anak yang dibesarkan di lingkungan yang muslim maka akan tumbuh menjadi pribadi muslim yang baik.
Perkembangan agama pada anak terjadi dari sejak kecil, bahkan saat di dalam kandungan pun anak sudah mulai belajar yaitu dari menyimak apa yang orang tuanya katakan serta menyimak kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang tuanya. Perkembangan keagamaan pada anak terjadi pada beberapa fase, diantaranya:
1.    Masa Kanak-Kanak sampai Anak Masa Sekolah (± 0-12 tahun)
Anak mulai mengenal kata Allah karena orang tuanya sering mengucapkannya. Anak mulai menyimak dan memperhatikan perilaku serta ucapan orang tuanya kemudian menirukannya tanpa tahu itu perbuatan benar atau salah. Oleh karena itu pada masa ini keadaan orang tua dalam kehidupan mereka sehari-hari sangat berperan besar dalam pembinaan kepribadian anak, khususnya pembinaan pendidikan agama. Pada masa memasuki sekolah anak-anak biasanya lebih senang dengan kegiatan keagamaan yang menyertakan dirinya untuk ikut berperan. Contohnya saat shalat berjama’ah baik di masjid ataupun dirumahnya. Pertumbuhan agama ini tidak terjadi secara sekaligus tetapi melalui tahapan yang harus dilalui anak, yaitu dimulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat.
2.    Masa Remaja sampai Akhir Remaja (± 13-21 tahun)
Memasuki masa remaja anak mulai merasakan berbagai goncangan. Karena pada masa anak-anak mereka hanya merasakan ketenangan serta belum banyak persoalan yang harus mereka hadapi. Goncangan emosi ini terjadi karena pertumbuhan jasmani yang secara cepat berubah, ini menimbulkan kecemasan, serta kekhawatiran yang berlebih. Bahkan menimbulkan kepercayaan kepada agama semakin pudar , namun ada pula remaja yang semakin banyak masalah merasa semakin membutuhkan agama.
         Pada masa akhir remaja anak sudah mulai mendekati kesempurnaan, baik dari cara berfikir yang matang serta mesara tubuh dan fisiknya sudah berfungsi dengan baik. Namun pada masa ini anak mulai memperhatikan pertentangan antara nilai-nilai agama serta perbuatan yang terjadi di masyarakat.
Semua masalah diatas akan anak hadapi, oleh karena itu pendidikan agama di keluarga sangat penting. Dengan memperlihatkan pembiasaan dan latihan-latihan perbuatan baik, akan menuntun anak untuk tetap melakukan segala sesuatu dengan pertimbangan agama. Bentuk pendidikan dan latihan yang baik bagi anak diantaranya:
a.    Tanamkan akidah yang baik pada anak
b.    Ciptakan iklim religius dalam keluarga
c.    Lakukan ibadah secara bersama
d.    Perbanyak referensi keagamaan
e.    Lakukan kontrol untuk setiap anggota keluarga
f.    Berikan contol teladan yang baik
g.    Jalankan fungsi dan peran keluarga dengan sebenar-benarnya
       Adapun dalam pemberian pembiasaan berprilaku muslim pada anak setidaknya harus menunjang sepuluh karakter yang harus melekat pada pribadi muslim sesungguhnya (dalam Pangeras 2008), yaitu:
a.    Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
b.    Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
c.    Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
d.    Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
e.    Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
f.    Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
g.    Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
h.    Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam sesuatu urusan)
i.    Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
j.    Nafi’un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
         Jika dari sejak kecil anak ditanamkan sesuai pribadi muslim maka tidak akan ada perilaku menyimpang norma agama. Tetapi dalam pemberian pendidikan agamanya pun anak harus dibiasakan mengamalkan kebaikan-kebaikan yang terkandung dalam agamanya, agama bukan hanya dijadikan formalitas semata tetapi dihayati dalam kehidupannya.
       Disini penulis tidak hanya memberikan berbagai masalah tetapi juga memberikan berbagai solusinya. Tulisan ini penulis buat dari hasil pengamatan dari berbagai media masa serta dari hasil referensi beberapa buku penunjang. Kata-kata yang digunakan penulis dalam tulisan ini bersifat lebih membuka wawasan baru bagi pembacanya. Buku ini cocok dibaca oleh guru serta calon guru Sekolah Dasar, oleh dosen dan para orang tua, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai penulis. Penulis memberikan contoh-contoh baru yang lebih mendalami suasana keagamaan dalam memberikan pendidikan agama pada anak khususnya diawali dikeluarga.
Sedangkan saran saya mengenai keseluruhan buku diantaranya:
1.    Cover:
Seharusnya lambang UPI sesuai dengan yang sebenarnya, serta foto kampusnya lebih baik diperlihatkan dari depan. Namun penggunaan warnanya sudah sesuai tidak terlalu mencolok.
2.    Kata pengantar:
Kata pengantarnya sudah mencapai beberapa aspek yaitu rasa syukur kepada Allah, isinya mencakup apa saja, serta permohonan kritikan dan saran yang membangun.
3.    Konten tulisan:
Konten tulisan yang digunakan belum terlalu baik, karena banyaknya pemenggalan kata yang tidak seharunya, tidak lengkapnya penulisan kata, adanya kalimat yang tidak memakai tanda titik, serta penggunaan bahasa yang tidak sesuai EYD.
4.    Kualitas kertas:
Kualitas kertasnya menggunakan kualitas yang baik

Oleh Winda Puspita Sari

0 komentar: